Nama: Mutiara Anggrayni
Kelas: 2SA01
NPM: 15611050
Mata Kuliah: Ilmu Sosial Dasar
Tugas: II. Proses-proses sosial
dan interaksi sosial
Bab
I
Pendahuluan
Latar belakang
Dalam hidup bermasyarakat dibutuhkan proses & interaksi
sosial untuk menciptakan komunikasi yang baik antar masyarakat.
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung
dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
Tujuan penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari proses sosial
2. Untuk mengetahui penyebab
terjadinya proses sosial
3. Untuk mengetahui
syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
4. Untuk mengetahui
macam-macam proses sosial
5.
Untuk
mengetahui contoh dari proses sosial
Bab II
Pembahasan
Pengertian proses
sosial
Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung
dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola
pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian interaksi sosial
Interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut hubungan antarindividu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang
juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan
dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia
terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak
menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut
lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan
kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak
apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan
mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan
sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai
faktor :
Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu
pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima
oleh pihak lain.
Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi
sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses ini.
Simpati
Sebenarnya merupakan suatu
proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini
perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.
Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu
dengan kelompok.
Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
Adanya kontak sosial
(social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu,
antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat
pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
1.
Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti
pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Macam-macam proses sosial
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas
lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial :
1. Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama
tersebut ber-kembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan
bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai
manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian
kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya,
keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya
rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainya ( out-group-nya).
Kerja sama akan bertambah kuat apabila ada hal-hal yang menyinggung
anggota perorangan lainnya.
Fungsi kerjasama digambarkan oleh Charles
H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk
kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut
lebih lanjut dibedakan lagi dengan:
2.
Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) :
Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa
3.
Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) :
Kerjasama atas dasar tertentu
4.
Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) :
Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Ada 5 bentuk kerjasama :
1.
Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong
menolong
2.
Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian
mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
3.
Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses
penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam
suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang ber-sangkutan
4.
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua
organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau
lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan
lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau
beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
5.
Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan
proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara,
perfilman, perhotelan, dan seterusnya.
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan
dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu keadaan dan yntuk menujuk pada suatu
proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam
interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai
kestabilan. Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu
perngertian yang di-gunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses
dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.
Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya
saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi
ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa meng-hancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu :
1.
Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau
kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
2.
Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk
sementara waktu atau secara temporer.
3.
Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok
sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan
kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem
berkasta.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
1. Corecion, suatu bentuk
akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
2. Compromise, bentuk akomodasi
dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbitration, Suatu
cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang ber-hadapan tidak
sanggup mencapainya sendiri
4. Conciliation, suatu
usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih
demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5. Toleration, merupakan
bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
6. Stalemate, suatu akomodasi
dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mem-punyai kekuatan yang seimbang
berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
7. Adjudication, penyelesaian
perkara atau sengketa di pengadilan
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu
asimilasi adalah :
1.
Toleransi
2.
kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang
ekonomi
3.
sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4.
sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat
5.
persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6.
perkawinan campuran (amaigamation)
7.
adanya musuh bersama dari luar
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi
adalah :
1.
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu
dalam masyarakat
2.
Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang
dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
3.
Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan
yang dihadapi perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
4.
Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit
atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang
terjadinya asimilasi.
5.
Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap
minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari
golongan yang berkuasa
d. Amalgamasi
Merupakan peleburan dua kelompok budaya yang kemudian
melahirkan budaya baru. Biasanya dapat terjadi dengan sukarela maupun dengan
pemaksaan.
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional
proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada
setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan
sistem sosial masyarakat bersangkutan.
a. Persaingan
(Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan
cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :
Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam
memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua
perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah
tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan :
Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan
dibandingkan dengan jumlah konsumen
Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang
keagamaan, pendidikan, dan seterusnya.
Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang
maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau
kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan.
Hal ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur
kebudayaan lainnya.
b. Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk
kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 : 1.
Yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan,
keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2.
Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang
lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dan seterusnya.
3.
Yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas
desus yang mengecewakan pihak lain.
4.
Yang rahasia, mengumumkan rahasian orang,
berkhianat.
5.
Yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan
membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan
kekerasan, provokasi, intimidasi, dan seterusnya.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe
umum kontravensi :
1.
Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi
terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2.
Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami
dengan istri dalam keluarga.
3.
Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan
mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut
hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
c. Pertentangan
(Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan
misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola
perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam
perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Sebab pertentangan adalah :
1.
Perbedaan antara individu
2.
Perbedaan kebudayaan
3.
Perbedaan kepentingan
Perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan
merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1.
Pertentangan pribadi
2.
Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak
akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan
pertentangan
3.
Pertentangan antara kelas-kelas sosial :
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
4.
Pertentangan politik : menyangkut baik antara
golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang
berdaulat
5.
Pertentangan yang bersifat internasional :
disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan
negara
Akibat-akibat bentuk pertentangan
1.
Tambahnya solidaritas in-group
2.
Apabila pertentangan antara golongan-golongan
terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah
dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
3.
Perubahan kepribadian para individu
4.
Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5.
Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu
pihak
Bab
III
Penutup
KESIMPULAN
Proses sosial adalah setiap
interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa
hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan
masyarakat. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial,
karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin adakehidupan bersama.Bentuk umum proses sosial
adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial)
karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai
faktor yaitu:Imitasi, Sugesti, Identifikasi, Proses simpati.Syarat terjadinya
interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.Proses sosial ada
yang bersifat asosiatif (kerjasama) dan desosiatif (perpecahan).
Daftar
pustaka
http://jurusankomunikasi.blogspot.com/2009/04/proses-sosial-dan-interaksi-sosial.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45460-Makalah-Proses%20Sosial.html